Kamis, 29 April 2010

cara membuat composter

Penasaran juga bagaimana cara membuat komposter?? artikel berikut saya copas dari http://alonrider.wordpress.com/2008/02/25/komposter-an-aerob/ bila ingin tau cara membuat komposter bisa langsung ke sana atau disini aja, ;)

Keselamatan diri sendiri tentu akan lebih afdol bila menyertakan keselamatan lingkungan di sekitarnya. Dalam hal ini upaya untuk keselamatan lingkungan hidup. Lebih dari setahun lalu, saya berusaha keras membiasakan diri (dan keluarga) memisahkan sampah organik dan an-organik.

Kebetulan pada akhir 2006 saya bertemu dengan staff Unilever yang menangani persoalan lingkungan, di kantornya, Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Dari situ saya mendapat ilmu pengkomposan melalui komposter aerob dan an-aerob (tanpa udara). Komposter aerob ala Unilever Peduli (UPI) saya kurang tertarik, karena proses pembuatannya agak rumit, dan cenderung mahal. Belum lagi biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan dasarnya lumayan mahal, gak cocok untuk orang kampung seperti saya ini…hehehe..

Saya pilih model komposter an-aerob, karena gak terlalu rumit, dan ringan di ongkos. Lagi pula komposter jenis ini PEMAKAN SEGALA sampah organik. Dari nasi basi, roti, bekas sayur, kulit telur (diremuk dulu), sisa ikan, dan lain-lain. Pokoknya sampah organik yang mengandung protein, dan bakal menimbulkan bau busuk dalam proses penguraiannya.

Sebenarnya bisa saja langsung digali di tanah (seperti cara Pak Sobirin yang baru belakangan saya nemu situsnya). Karena halaman saya kecil, saya pilih pakai tong plastik yang mudah dipindah bila diperlukan. Tong juga praktis, karena ada tutupnya.

Untuk komposter Aerob (sampah organik segar), saya pakai model karung ala Pak Sobirin. Karena murah meriah. Apalagi MOL-nya (mikro organisme lokal-sebutan kesayangan Pak Sobirin) bikinan sendiri, dari bahan dasar tapai singkong (peuyeum, gula pasir/gula merah, dan air).

Ini cara membuat tong komposter An-Aerob :

1. Pipa PVC diameter 1,5 inchi, ukuran 1 meter, dibagi 4 @ 25 cm. Pipa ini fungsinya sebagai “pernafasan” melalui tanah, karena proses kompsonya tak perlu udara (an-aerob). Pipa dibolongin pakai bor atau solder. Lalu salah satu ujungnya ditutup dop. Pipa dibungkus kawat nyamuk (plastik) dan di lem.

2. Tong plastik ukuran sedang (sesuai keinginan). Harganya (di tempat saya, Cibinong) sekitar Rp 30 ribu. Badan tong dan pantat (dasar) dilobangi pakai bor ukuran 10. Lebih banyak lubang semakin bagus.

3. Setelah dirakit, tong ditimbun ditanah. Sebelumnya masukan dulu kerikil secukupnya, diikuti pasir, dan ijuk.

4. Timbun sampai penuh, hanya bagian tutupnya yang nampak. Ratakan dan tanami rumput di sekitarnya. Komposter siap digunakan.

Di rumah saya ada 3 komposter semacam ini, 2 tong ukuran sama, dan 1 tong lebih besar. Dua tong itu sudah penuh dalam waktu setahun, dan sekarang sedang dalam proses kompos. Kenapa penuh? Karena dulu semua sampah organik saya masukan ke tong-tong itu. Lagi pula saya malas mencacahnya kecil-kecil. Setelah dapat ilmu baru dari Pak Sobirin, kini sampah organiknya saya pilah-pilah lagi. Yang segar saya masukin komposter karung (aerob) dan MOL, yang sisa makanan saya masukin komposter an-aerob.

Kembali ke komposter an-aerob. Tong kecil pertama, pernah saya panen akhir 2007 lalu. Dari awal kira-kira butuh waktu 10 bulanan untuk bisa dipanen. Setelah dipanen, dijemur dulu, agar tidak terlalu basah. Panenan pertama itu belum saya pakai sendiri, tapi saya berikan tetangga yang mau memupuk tanamannya.

Sebelum lupa, bila berniat menggunakan komposter jenis ini, Anda harus siap lahir batin. Pertama, ada ratusan belatung di dalamnya selama proses pembusukan. Ukurannya cukup membuat Anda geli. Tapi karena saya sudah berniat dan terbiasa, hal itu bukan hal yang menjijikan lagi. Bahkan ada warga kampung sekitar kompleks yang memintanya untuk dijadikan umpan memancing. Dia biasa cari belatung di tumpukan sampah yang kotor. Ini belatung saya lebih “bersih”, hehehehe…..

Bau? Tentu saja, karena prosesnya khan mirip dengan septic-tank rumah kita. Coba kalau septic-tank dibuka bagaimana baunya? jangan khawatir baunya masih “normal” kok, tidak sebusuk septic-tank. Ya agak-agak mirip comberan gitulah. Lagi pula membukanya hanya sebentar, ketika Anda memasukkan sampah organik basi ke dalamnya. Habis itu tutup lagi. Beres.

Untuk jenis sampah organik basi, seperti yang saya sebutkan di awal tulisan, komposter jenis ini sangat berguna. Saya suka jenis ini karena POWERFULL mengolah sampah organik basi yang sangat mengganggu lingkungan sekitar kita bila dibiarkan ngendon di tempat sampah konvensional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar